Thursday, November 26, 2009

Silence Is Golden Ala Sutanto Hadapi Barisan Sakit Hati

Sutanto brings a good track record and political stature to his new task.

Selamat Bertugas Sutanto Kepala BIN Baru, Pancen Oye !

Munir Cahaya Yang Tak Pernah Padam (Tulisan Suciwati)

Jakarta (26/11/2009) Keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menunjuk, mengangkat dan memutuskan mantan Kapolri Jenderal Polisi Purnawirawan Sutanto menjadi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ternyata menuai kritik.

Awalnya, kritik terberat atas naiknya Sutanto sebagai orang nomor satu di Dinas Rahasia Indonesia itu dipusatkan kepada keberadaan Sutanto yang berlatar-belakang POLISI alias NON MILITER.

http://www.antarafoto.com/dom/prevw/grab.php?id=1256208453

Jenderal Sutanto Alumni Terbaik Akpol 1973

Cabinet 2009: State Intelligence, Sutanto

Adrianus Meliala : Sutanto Jangan Lakukan Intelijen Hitam

Belakangan, kritik tunggal ini ternyata tak cukup ampuh merecoki penunjukan Sutanto yang berpembawaan kalem ini. Mengapa tak cukup ampuh ?

Ya karena di masa pemerintahan Presiden RI 1 Ir. Soekarno atau yang lebih dikenal dengan panggilan Bung Karno, Kepala Intelijen Indonesia juga ada yang NON MILITER yaitu Soetarto.

Inilah yang sempat didiskusikan oleh Pemimpin Redaksi KATAKAMI.COM Mega Simarmata saat bertemu dengan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Haji Taufiq Kiemas pekan lalu.

Ketika itu, hadir juga dalam diskusi kecil-kecilan tadi wartawan senior dari Harian Kompas Budiarto Shambazy dan wartawan senior dari Harian Media Indonesia Derek Manangka.

Di ruang kerja Ketua MPR, diskusi kecil ini menyenggol sebuah fakta di era pemerintahan Bung Karno bahwa SIPIL juga pernah dipercaya dan diangkat menjadi Kepala Intelijen Indonesia (Soetarto).

Jadi, kalau ada yang menilai bahwa keputusan SBY ini menyalahi aturan dan tradisi yang pernah ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bahwa Kepala Intelijen itu WAJIB dari militer.

Ternyata salah besar !

http://219.83.122.194/web/images/stories/Foto/logo-bin.jpg

Tidak ada aturan perundang-undangan yang mengatur bunyi atau poin seperti itu, “Kepala Intelijen Indonesia diwajibkan diambil dari Dinas Kemiliteran Tentara Nasional Indonesia”.

Sekali lagi, tidak ada aturan perundang-undangan yang mengatur hal demikian.

Lalu, jika sempat dikritik bahwa Kepala Intelijen itu biasanya diambil dari kalangan MILITER.

Mohon maaf, silahkan baca dulu sejarah NKRI ini karena dulu di masa Orde Lama pun Kepala Intelijen Indonesia pernah ada yang diambil dari SIPIL atau NON MILITER.

Ini perlu disampaikan agar kritikan itu janganlah asal bunyi alias ASBUN.

Kritikan lain yang tidak kalah seru adalah spekulasi yang menyebutkan bahwa masuknya Sutanto yang notabene adalah NON MILITER ini akan menggembosi TNI. Agak lucu kritikan soal gembos-mengembosi ini.

Tak jelas, siapa yang menggembosi dan siapa yang digembosi jika Kepala Intelijen dipimpin oleh POLISI ?

Atau kalau mau dipertajam lagi kalimatnya, siapa yang bisa menikam dari depan, menikam dari belakang dan bahkan menelikung jika Kepala Intelijen dipimpin oleh POLISI ?

Kemungkinan yang paling besar terjadi justru sangat ekstrim yaitu patut dapat diduga justru Sutanto yang bisa “ditikam dari belakang” oleh barisan sakit hati.

http://www.kompas.com/data/photo/2009/10/18/1259473p.JPG

Mengapa ?

Ya, barangkali karena satu dan lain hal.

Misalnya, rasa takut yang berlebihan jika masuknya Sutanto ke dalam lingkup dinas intelijen yang pasca reformasi ini “tak bersih-bersih amat” akan dibersihkan.

Dengan apa membersihkannya ?

Selain dengan berbagai reposisi dalam struktur organisasi dalam internal organisasi BIN, acara bersih-bersih itu bisa juga menjangkau pembersihan bagi siapapun dan apapun yang patut dapat diduga melakukan perbuatan melawan hukum. Ingat, Sutanto ini bisa disebut Raja Tega.

Ia tak akan segan menindak anak buahnya sendiri yang memang patut dapat diduga melakukan perbuatan melawan hukum atau pelanggaran hukum.

Contoh kasus adalah saat Sutanto menjabat sebagai Kapolri (Juli 2006 – Oktober 2008). Sutanto menindak secara tegas Kepala Badan Reserse & Kriminal (Bareskrim) POLRI Komisaris Jenderal Suyitno Landung.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKoJ0aaK9kH9yBDWVoqVcAiUb83Gi25YLHgpR9q7dxQIXi4EzimZzMfVEK1MPzHBM3rFBVDFk1GIyw9x84DTYzolg7pG96GOZDuHEGqrqiUC40oJ5NsFhqFxXzptqO20-_upcCsejb65o/s320/munir.jpg

Ini fakta yang tak bisa dihapus dari lembaran sejarah Indonesia.

Publik hanya tahu sedikit tentang bagaimana keras dan tegasnya Sutanto menindak anak buah yang melakukan pelanggaran hukum. Kepribadian Sutanto yang merupakan anak tunggal dalam keluarganya memang sangar tenang dan kalem.

Ia sulit ditebak oleh lawan tetapi disegani oleh kawan.

Ketika Sutanto menjabat sebagai Kapolri pun, ketegasannya melakukan secara konsisten upaya penegakan hukum kepada instansi lain juga sudah terbukti dan teruji.

Dengan tetap mengedepankan “kesantunan”, saat Sutanto menangani kasus pembunuh aktivis HAM Munir “kesantunan” itu dilakukannya untuk memudahkan dan mensukseskan kerja Tim yang menangani kasus Munir. Sutanto meminta izin kepada Kepala BIN saat itu yaitu Sjamsir Siregar bahwa Tim Kepolisian hendak “masuk” memeriksa internal BIN.

Informasi ini bukan datang dari Sutanto melainkan dari Sjamsir Siregar sendiri.

http://data5.blog.de/media/697/3378697_ce0bdb2725_s.jpg

Dalam satu kesempatan, Sjamsir Siregar menceritakan kepada KATAKAMI.COM bahwa dirinya bertemu dengan Sutanto di sebuah pertemuan resmi. “Tadi si Tanto bilang ke aku, Mas … izin, Tim Kepolisian mau memeriksa !” demikian Sjamsir menirukan ucapan Sutanto waktu itu.

Ia tidak ingin mendatangkan guncangan dan tidak pernah punya arogansi mempermalukan instansi atau individu MILITER. Lihatlah saat Mantan Deputi BIN Mayjen Purn.

Muchdi Pr dijemput oleh Tim Kepolisian untuk “mampir” ke Mabes Polri. Sutanto tahu bahwa kasus Munir disorot oleh publik, terutama media massa.

Sutanto tak ingin mempermalukan TNI – khususnya BIN --, terlebih lagi tak ingin mempermalukan Muchdi Pr secara pribadi dan keluarga.

http://foto.detik.com/images/content/2007/11/19/157/su2.jpg

Belakangan publik akhirnya tahu dari media massa bahwa cara penjemputan terhadap Muchdi Pr juga dibuat sangat “santun” yaitu Sutanto memerintahkan Jenderal Bintang 3 POLRI untuk mendekati dulu Muchdri Pr yang dari segi kepangkatan berada satu level dibawah penjemputnya.

Ketika itu, Sutanto menugaskan Kepala Bareskrim Polri Komjen Bambang Hendarso Danuri (BHD, red) untuk menemui Muchdi Pr dan Tim di sebuah tempat.

Strategi yang dilakukan Sutanto ini harus dicermati secara jernih yaitu ia tidak ingin dalam pemberitaan dimuat bahwa Muchdi Pr ditangkap.

Kesan bahwa Muchdi Pr diperlakukan sebagai penjahat ulung diantisipasi secara cepat dan dicegah oleh Sutanto.

Ia sadar bahwa sebagai Tri Brata 1, tanggung-jawab utama dirinya sebagai seorang PEMIMPIN adalah memberikan jalan dan membantu kesuksesan Tim POLRI menangani kasus Munir.

Tanpa harus mempermalukan secara kasar, misi yang diingin dicapai oleh TIM POLRI dalam menangani kasus MUNIR dibuat lebih mudah dan berhasil oleh Sutanto.

http://klikkatakami.files.wordpress.com/2009/03/111-sutantooo6.gif

Oke, bergeser ke topik lain seputar keberadaan Sutanto sebagai Kepala Intelijen Indonesia yang berlatar-belakang NON MILITER ini.

Lazimnya memang (terutama berdasarkan tradisi), job Kepala Intelijen itu selalu diberikan kepada Jenderal TNI berbintang 3.

Ada satu fakta yang barangkali perlu dicermati oleh semua pihak yaitu posisi Kepala BIN lebih tepat jika diberikan kepada Jenderal berbintang 4.

Mari kita ingat saat KH Abdurrahman Wahid menjabat sebagai Presiden RI ke-4.

Gus Dur memutuskan untuk memberikan kenaikan pangkat kehormatan untuk Menkopolkam Susilo Bambang Yudhoyono.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxMdFtGhHtlsCObCjg3-bsxlPO-OYzSs91IFBtJpwLTV08Wdb1HRX9JbM_U1V6hrMZ8wLgml3PIr4RatqKxUFLJYzMEC-g8JmFYTTMFPwDsH7zrYXo5lJj835FlDKWZKP0-qXVjIjeQ7s/s400/sby.jpg

SBY yang pangkat terakhirnya adalah Letnan Jenderal TNI dinaikkan secara kehormatan oleh Presiden RI KH Abdurrahman Wahid menjadi Jenderal (penuh).

Sehingga kalau ingin mencantumkan kepangkatan didalam rangkaian namanya, SBY harus menuliskan sebagai berikut “ Jenderal (Hor) Purn Susilo Bambang Yudhoyono.

Mengapa Gus Dur menaikkan pangkat SBY menjadi Jenderal berbintang 4 ?

Mantan Jurubicara Kepresidenan di era Gus Dur yaitu Adhie Massardi mengatakan bahwa Gus Dur ingin mempermudah koordinasi antar para pembantunya.

http://amillavtr.files.wordpress.com/2009/11/am.jpg

“Menkopolkam itu kan harus mengkoordinir Panglima TNI dan Kapolri yang pangkatnya semua berbintang 4. Bagaimana mungkin Jenderal berbintang 3 memberikan perintah dan melakukan koordinasi tugas kepada pihak lain yang pangkatnya lebih tinggi. Makanya waktu itu, Gus Dur menaikkan pangkat SBY jadi Jenderal” demikian kata Adhie Massardi kepada KATAKAMI.COM.

Barangkali, fakta ini menjadi acuan yang dipertimbangkan secara matang oleh seorang SBY sehingga dalam periode kedua pemerintahan SBY ini ditunjuk Jenderal berbintang 4 menjadi Kepala BIN.

Bayangkan, sebagai salah satu pilar utama yang tergabung dalam jajaran POLHUKKAM di kabinet pemerintahan, Kepala BIN harus berkoordinasi dengan Panglima TNI dan Kapolri yang dari segi kepangkatan berada satu level diatas jabatan Jenderal Bintang 3 yang selama ini mendominasi pucuk pimpinan Dinas Intelijen Indonesia.

http://www.kompas.com/data/photo/2008/06/04/013841p.jpg

Walaupun misalnya Kepala BIN itu datang dari Angkatan yang sangat senior, tetap saja dari segi kepangkatan ia harus memberikan hormat kepada Pejabat yang pangkatnya berada diatas kepangkatan dirinya.

Tapi ini terabaikan selama ini.

Dalam era kepemimpinan Sjamsir Siregar misalnya, faktor senioritas itu yang lebih kuat peranannya dalam menjalin koordinasi dengan pejabat Menkopolhukkam, Panglima TNI dan Kapolri. Sjamsir, tipe yang blak-blakan.

Ia sadar bahwa ia senior.

Bahkan jauh lebih senior dari pejabat lain di kabinet saat Sjamsir memimpin BIN.

Bayangkan, Sjamsir berasal dari Angkatan 1965, Menkopolhukkam Widodo AS berasal dari Angkatan 1968, Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto berasal dari Angkatan 1973 dan Kapolri berasal dari Angkatan 1973. Semua masuk dalam kategori “adik” untuk Sjamsir.

http://www.rakyatmerdeka.co.id/images/foto/normal/824610-05032102012006b@Kapolri-2.gif

Maka tak heran, SBY, Widodo AS dan Djoko Suyanto memanggil Sjamsir dengan sebutan Bang (Abang).

Lalu Sutanto memanggil Sjamsir dengan sebutan Mas.

Ada satu peristiwa yang pernah terjadi saat Sjamsir menjadi Kepala BIN.

Terjadi ledakan bom di Sulawesi tengah.

Ledakan itu terjadi menjelang tengah malam. Beberapa menit setelah ledakan terjadi, Sjamsir ternyata lebih dulu mendapat laporan tentang adanya ledakan bom itu.

Ia lantas menelepon ajudan Kapolri dan meminta agar saat itu juga Sutanto dibangunkan.

Dari faktor senioritas, bisa dipahami inisiatif Sjamsir menghubungi dan segera menjalin koordinasi dengan Kepala Kepolisian Indonesia tentang adanya sebuah ledakan bom di daerah rawan konflik yaitu Sulawesi Tengah.

Bayangkan, kalau dari segi kepangkatan !

Tidak lazim dan tidak boleh sebenarnya, orang yang pangkatnya lebih rendah main hantam kromo menghubungi dan mendesak untuk secepatnya harus bisa bicara kepada orang yang pangkatnya lebih tinggi.

MILITER pasti memahami hal ini.

Tidak mungkin dan tidak boleh, pangkat yang lebih rendah bisa bertindak “semaunya atau seenaknya” kepada pangkat yang lebih tinggi.

http://www.waspada.co.id/images/stories/27-kapolri_tinjau_bandara_hotma.jpg

Artinya, dengan masuknya nama Sutanto sebagai Kepala BIN, kepangkatan Sutanto yang merupakan Jenderal berbintang 4 ini bisa mempermudah koordinasi yang harus dijalinnya dengan instansi lain – diluar BIN --. Masih soal kritikan tentang penunjukan Sutanto sebagai Kepala BIN.

Ada pihak internal BIN yang mengkritik pergantian Kepala BIN yang dilakukan bersamaan dengan pembentukan Kabinet Baru. Alasan yang dipakai adalah pergantian Kepala BIN itu “biasanya” dilakukan Bulan Desember.

Kritikan seperti ini salah besar.

Tidak ada keharusan atau bahkan tradisi yang mewajibkan pergantian Kepala BIN harus dilakukan pada bulan Desember.

Pada era pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputeri, pergantian Kepala BIN dilakukan bersamaan dengan pembentukan kabinet.

Kemudian ada desas desus, wah bagaimana dengan proyek-proyek yang biasa diberikan untuk TNI dari BIN jika sekarang Kepala BIN berasal dari KEPOLISIAN ?

Proyek apa ?

Proyek pengadaan barang ?

Atau proyek apa yang dimaksud ?

Desas-desus yang naga-naganya “berbau uang”, janganlah dipakai sebagai acuan dan patokan untuk menilai keberadaan seorang Pimpinan dalam kedinasan intelijen Indonesia.

http://foto.detik.com/images/content/2006/06/30/157/nar1.jpg

Nasihat yang terbaik adalah lakukan pengenalan secara lebih dekat, pendekatan, komunikasi (dialog) serta koordinasi yang kuat dengan orang nomor 1 di lingkup BIN – walaupun berasal dari KEPOLISIAN --.

Jangan dicerca.

Jangan dipermalukan.

Jangan dipakai semua trik yang mengandalkan media massa yaitu mengedepankan komentar-komentar pengamat untuk “bunyi” secara sumbang di media massa.

Bisa jadi ada yang seperti ini.

Supaya aman alias tidak ketahuan mengkritik SBY yang menunjuk pejabat berlatar-belakang KEPOLISIAN sebagai KEPALA BIN, maka mulut yang dipinjam atau dipakai adalah mulut-mulut pengamat.

Sasarannya kena tetapi tidak menimbulkan dampak buruk.

Mana berani bicara terang-terangan.

Beraninya cuma dari belakang layar saja !

Kepala BIN Sutanto kini dihadapkan pada tugas-tugas yang tak ringan sifatnya.

Faktor kedekatan pribadinya dengan SBY menjadi sasaran empuk untuk dikritik semua pihak.

http://data5.blog.de/media/507/3388507_78e3ad1352_s.gif

Inilah untuk yang kedua kalinya, SBY menempatkan Tim Suksesnya menjadi Menkopolhukkam dan Kepala Badan Intelijen Negara.

Pada periode pertama kepemimpinannya di Indonesia ini, SBY menunjuk Sjamsir Siregar sebagai Kepala BIN dan Widodo AS sebagai Menkopolhukkam. Sjamsir dan Widodo adalah TIM SUKSES SBY pada Pilpres 2004.

Kini, sejarah itu diulangi lagi oleh SBY.

Ia menempatkan 2 orang sahabat terdekatnya – dimana keduanya itu adalah TIM SUKSES SBY --.

Marsekal Djoko Suyanto ditempatkan di posisi Widodo AS sebelumnya yaitu sebagai Menkopolhukkam. Jenderal Sutanto ditempatkan di posisi Sjamsir Siregar sebelumnya yaitu sebagai Kepala BIN.

http://kabarnet.files.wordpress.com/2009/09/panglima2.jpg

SBY tampaknya sadar bahwa ia memang harus menempatkan orang-orang kepercayaannya dalam posisi-posisi kunci dalam kabinet.

Faktor kepercayaan adalah faktor utama yang mengantarkan Sutanto duduk sebagai orang nomor satu di lingkungan BIN.

Tak jelas, apa sebenarnya pertimbangan SBY menempatkan Sutanto sebagai Kepala BIN. Kabar yang beredar sebenarnya agak berbeda dari fakta yang ada sekarang.

Kandidat Kepala BIN itu sebenarnya bukan Sutanto.

Berdasarkan kabar beredar di tengah masyarakat, kandidat Kepala BIN itu antara lain adalah Letjen. TNI Purn Luhut Panjaitan, Letjen TNI Sjamsir Siregar, Letjen TNI Sudrajat dan …. Letjen TNI Purn. Sjamsir Siregar !

Ya, sempat beredar rumors bahwa sebenarnya masa jabatan Sjamsir Siregar akan dipertahankan.

http://foto.detik.com/images/content/2005/07/08/157/48.jpg

Ternyata pada akhirnya, yang dipilih oleh SBY adalah Sutanto.

Padahal berdasarkan rumors yang beredar, Sutanto dispekulasikan akan menduduki jabatan Menteri Perhubungan.

Hanya SBY yang tahu.

Faktor x apa yang membuat dirinya berubah pikiran yaitu memilih NON MILITER menjadi Kepala BIN.

SBY yang berlatar-belakang militer, tentu tak punya keinginan untuk menggembosi TNI dengan menunjuk pejabat NON MILITER untuk duduk sebagai Kepala BIN.

Pasti tidak ada niat seperti itu !

Kemungkinan yang terbesar adalah SBY lebih “aman dan nyaman” jika ia menempatkan orang kepercayaannya sebagai Kepala BIN.

Posisi Kepala BIN bukan posisi sembarangan dalam kabinet.

Ini posisi yang sangat sentral dan strategis.

Yang perlu diingatkan disini adalah jangan pernah ada niatan untuk menjadi BIN sebagai alat kekuasaan.

Terutama, jangan jadikan BIN sebagai alat pemukul dan tim buru sergap untuk menjatuhkan atau mematikan langkah lawan-lawan politik pemerintah, aktivis, media massa atau negara sahabat.

Jati diri intelijen harus dijaga kehormatannya oleh Sutanto.

Fakta bahwa Sutanto adalah tim sukses SBY pada Pilpres 2009 tak akan dihapus oleh siapapun juga.

Tetapi Sutanto harus bisa membuktikan dan menunjukkan kepada semua pihak bahwa ia memang berdiri dan berada di atas semua kelompok dan golongan.

Sutanto harus sama dekat dan sama jauh dengan semua kalangan.

Walaupun USER atau pemakai dari jasa BIN adalah Kepala Negara, tidak harus membuat BIN mengotori jati diri Dinas Intelijen itu sendiri.

Jangan main kotor.

Jangan main kasar.

Jangan licik dan liar.

Intelijen Indonesia harus mampu bertugas secara cerdas.

Inilah mungkin yang menjadi dasar pemikiran bagi Sutanto untuk mengubah dogma atau landasan dinas intelijen yang dipimpinnya saat ini yaitu menjadi SMART INTELLIGENCE.

Intelijen yang cerdas, harus bertugas secara cerdas yang memang cerdas.

Kecerdasan intelijen itu harus senantiasa bertugas berdasarkan ketentuan HUKUM yang berlaku.

http://4.bp.blogspot.com/_2-l2i31REIE/SVv--YUpH6I/AAAAAAAAAFQ/ArwWgpsPAS0/s400/munir.jpg

Kecerdasan intelijen jangan lagi dipakai untuk operasi-operasi yang ujungnya adalah menghilangkan nyawa orang lain secara sengaja tetapi tak mau dihukum.

Kecerdasan intelijen jangan juga dipakai untuk operasi-operasi politik yang ujungkan adalah untuk melanggengkan kekuasaan semata.

Kecerdasan intelijen jangan dipakai untuk memerintah POLRI guna menangkapi para demonstran, terutama dari kalangan aktivis dan mahasiswa.

Kecerdasan intelijen itu harus mampu menjalin koordinasi dengan semua pihak, termasuk pihak internasional dan negara-negara sahabat di muka bumi ini, termasuk dalam menangani kelanjutan perang melawan teror / terorisme.

Kecerdasan intelijen itu harus mampu melakukan deteksi ini dan cegah dini.

Kecerdasan intelijen itu harus membuahkan prestasi-prestasi kerja yang membanggakan.

http://www.wkbradford.com/posters/silenceA_lg.jpg

Dan itulah yang kini diharapkan dari Jenderal Polisi Purnawirawan SUTANTO.

SUTANTO seakan menngingat secara baik dan menerapkan pepatah SILENCE IS GOLDEN.

Diam itu emas.

Sepanjang kritikan itu membangun maka pastilah SUTANTO akan mengakomondir.

Tetapi jika kritikan itu sangat tendensius dan berbau fitnah, maka prinsip SILENCE IS GOLDEN tadi memang paling tepat dipraktekkan oleh SUTANTO.

Sebab yang terpenting adalah bekerja, bekerja dan bekerja secara keras dan cerdas !

Itulah yang disebut dengan "SMART INTELLIGENCE" !

(MS)

Ke Oslo Obama Akan Datang Berdilema Perang Afghan & Irak

http://images.theage.com.au/2009/02/28/400100/wr_420_barackobama-420x0.jpg

PHOTOSTREAM : 8 YEARS WAR IN AFGHANISTAN

PHOTOSTREAM : TROOPS, AFGHAN CHILDREN & THEIR FRIENDSHIP

Jakarta (26/11/2009) Hanya dalam hitungan hari ke depan, Presiden AS Barack Hussein Obama bersiap untuk melakukan kunjungan ke Oslo, Norwegia 10 Desember 2009. Ayah dari Malia dan Sasha Obama ini, akan menghadiri upacara penyerahan hadiah NOBEL PERDAMAIAN 2009 yang diberikan kepadanya.


http://theblackcommenter.files.wordpress.com/2009/10/noble-peace-prize.jpg

Memang banyak kritikan yang dilayangkan atas kemenangan Obama meraih Nobel Perdamaian. Salah satunya karena belum cukup banyak yang dilakukan Obama secara nyata terkait perdamaian dunia itu sendiri.

Apalagi dari segi usia pemerintahannya, belum ada setahun Obama menjabat.

Obama sendiri mengakui secara jujur bahwa ia belum banyak melakukan tindakan-tindakan nyata yang lebih punya greget untuk menjadi prestasinya di tataran dunia.

Entahlah, apakah ini cuma sebatas kerendahan hati Obama atau sebuah keterus-terangan dari Obama pribadi bahwa hadiah NOBEL PERDAMAIAN itu masih terlalu dini untuk diterimanya secara salah seorang warga dunia yang concern pada perdamaian itu sendiri.

Dengan diraihnya kemenangan dalam NOBEL PERDAMAIAN ini, posisi Obama sebagai kepala negara memang menjadi sedikit terpojok.

http://media.cleveland.com/world_impact/photo/barack-obama-stanley-mccrystal-100209jpg-6df46887c86a57a7_large.jpg

(Photo : President Obama & General Stanley McCrystal )

General McChrystal outlines crucial next steps for Afghanistan

A Soldiers Last Letter From Afghanistan

Apapun keputusannya terkait kelanjutan bagi penyelesaian dan penghentian perang di Afghanistan dan Irak misalnya, menjadi sorotan tajam semua pihak.

Posisi Obama menjadi sangat dilematis.

Dan militer AS yang menjadi bagian dari pasukan multinasional di Afghanistan dan Irak, mau tak mau ikut terkena getahnya.

Mereka tak bisa leluasa mengadu, melapor dan meminta pertolongan ke “pusat” bila mengalami kekurangan aau kesulitan pasukan.

Jenderal Stanley McCrystal pasti tak ingin dianggap membangkang saat melaporkan secara jujur bahwa militer AS kekurangan pasukan di Afghanistan.

Begitu juga dengan Jenderal Ray Odierno, jika ia berbicara tentang situasi dan kondisi yang dihadapi tentara AS di Irak.

Sebagai PANGLIMA yang bertanggung-jawab terhadap misi peperangan itu sendiri, kedua Jenderal ini pastilah berusaha untuk memaparkan berapa komposisi pasukan yang ideal untuk mengatasi situasi di medan operasi mereka masing-masing.

http://www.armybase.us/wp-content/uploads/2009/04/us-president-barack-obama-meets-with-general-ray-odierno-after-stepping-off-air-force-one-at-baghdad-international-airport-in-baghdad.jpg

(Photo : President Obama & General Ray Odierno )

General Odierno : May not be possible to declare victory in Iraq

Sehingga, bisa dipahami kalau pada akhirnya Obama yang jadi pusing tujuh keliling terkait opsi penambahan pasukan – entah itu di Afghanistan atau di Irak sekalipun --.

Kalau diizinkan penambahan pasukan dalam jumlah yang banyak, orang akan mengkritik mengapa tokoh PERDAMAIAN DUNIA mengirimkan tambahan pasukan yang berlipat kali ganda banyaknya ?

Sementara kalau tidak diizinkan untuk mengabulkan permintaan militer yang sedang bertugas di daerah operasi yang penting dan genting situasinya, pasukan AS akan menelan pil pahit.

Lawan mereka bukan lawan yang ecek-ecek.

Siapa berani bilang Taliban di Afghanistan adalah lawan yang mudah ?

Siapa berani bilang Al Qaida bisa dikalahkan oleh AS ?

Siapa berani bilang bahwa Osama Bin Laden bisa mudah dilacak keberadaannya untuk dimatikan – semudah KEPOLISIAN INDONESIA melacak dan “menewaskan” gembong teroris Noordin M Top yang patut dapat diduga belum mati ini -- ?

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkKvi5vbPL4Ath59l-Tl43nBgdIf-OXw2I_sSw9-xrULmDak-daAThYySFHnnzzSKBS_Cn7ssPWHlx4Vq06NZfJuebRngqJXuO3ptEVK9Po2AI5n1to5wKrqnyau-ASe9Bh-aa5w5PTPk/s1600-r/2008-05-05_seiu_mailer_iraq_1.jpg

Pergolakan batin Obama terkait situasi di Afghanistan dan Irak bisa dipahami.

Obama terkesan sangat kuat ingin segera mengakhiri peperangan itu sendiri.

Obama terkesan kuat sangat tidak nyaman dengan kondisi peperangan yang kian melebar dan berkepanjangan.

Obama mungkin belum mau saja berterus terang bahwa ia sebenarnya bukan bermaksud mengabaikan permintaan militer AS terkait penambahan pasukan dalam jumlah yang spektakuler di Afghanistan dan Irak.

Bisa jadi, pertimbangan Obama adalah anggaran operasi itu sendiri yang akan membengkak sebesar-besarnya untuk dana perang.

Atau ada kekuatiran bahwa misi untuk menghentikan peperangan itu dengan membawa “pulang” kemenangan yang manis akan semakin jauh dari kenyataan.

Hitunglah berapa jumlah tentara AS yang mati, dari mulai saat Panitia Nobel Perdamaian di Oslo mengumumkan bahwa Obama yang memenagkannya sampai saat ini.

Cukup banyak.

Kehilangan satu nyawa tentara bagi armada perang negara manapun yang mengirimkan pasukan terbaiknya ke medan peperangan, tentu akan sangat menyakitkan hati. Posisi militer AS menjadi lebih terpojok. Di satu sisi, mereka dituntut memenangkan peperangan itu.

Tetapi situasi dan kondisi sering tidak "bersahabat" dan enggan memahami kebutuhan atau kendala yang dihadapi pasukan-pasukan di lapangan.

Strategi peperangan ikut di utak-atik. Padahal perang adalah perang.

Mau dibuat secanggih apapun strategi itu, ketika prajurit sudah berhadap-hadapan dengan musuh maka pilihannya hanya ada 2 yaitu dibunuh atau membunuh.

Entah karena dibunuh atau terbunuh dalam situasi peperangan, prajurit yang bermatian satu-persatu seakan menjadi sia-sia jika Presiden Obama dan Politisi-Politisi Amerika hanya sibuk dengan teori-teori peperangan -- tanpa bisa memahami situasi riil di lapangan --.

091012-A-1748J-220 by isafmedia.

Disinilah dibutuhkan kematangan dan kebijaksanaan yang terbaik dari Obama.

Fakta bahwa dia adalah pemenang NOBEL PERDAMAIAN memang tak bisa dipungkiri. Ia harus dapat menyelaraskan kemenangan itu dengan misi-misi “perdamaian” yang dijabarkan dalam bentuk perang berkepanjangan warisan pemerintahan George W Bush terdahulu.

Kalau yang diwariskan itu adalah harta benda atau nilai-nilai duniawi yang menyenangkan hati, siapapun pasti akan senang.

Sialnya, disana-sini Obama mendapat warisan yang dilematis dari pendahulunya yaitu Bush.

Obama harus menyadari kedudukannya sebagai Panglima Tertinggi Militer di negaranya.

Ia harus tetap membuka hati, pikiran telinganya untuk suara-suara militernya yang sedang menjalankan misi. Obama tak bisa menggunting mata rantai komando.

091018-A-0673W-014 by isafmedia.

Sebagai Panglima Tertinggi, keputusan Obama memang harus diikuti dan dituruti.

Tapi hendaknya keputusan itu janganlah menjadi keputusan yang menyulitkan prajurit-prajuritnya di lapangan.

Dan keputusan apapun yang diambil Obama terkait masalah Afghanistan dan Irak, harus bisa menjadi satu harmoni yang indah dengan realita tentang kemenangannya meraih NOBEL PERDAMAIAN.

Beda-beda tipis di awal bulan Desember nanti antara rencana kunjungan Obama ke Oslo dan keputusannya tentang berapa jumlah pasukan yang akan dikirim ke Afghanistan.

Obama harus mengingat konsekuensi yang besar sebagai harga yang mahal dari kemenangannya sebagai peraih NOBEL PERDAMAIAN.

http://www.welt.de/multimedia/archive/1235729794000/00762/eng_iraq_2teaser_BM_762324g.jpg

Ia harus dapat melakukan lebih banyak hal yang nyata untuk mengacu sebagai konsistensinya membangun, menciptakan dan memelihara perdamaian dunia.

Tak harus mengeluarkan keputusan yang populer, jika memang Obama harus mengeluarkan keputusan yang tidak populer sekalipun maka ia harus berani melakukannya demi perdamaian itu sendiri.

Tanggung-jawabnya menjadi lebih besar.

Ke Oslo, Obama akan datang dengan langkah yang tegap dan pasti.

Bukan dan jangan untuk menyombongkan diri.

Tetapi untuk menerima tanggung-jawab yang jauh lebih besar.

http://images.brisbanetimes.com.au/2009/04/08/467541/470iraqobama-420x0.jpg

Sebagai Presiden dari sebuah negara adidaya, Obama boleh saja membanggakan dirinya sebagai salah satu tokoh dunia yang paling berkuasa (penuh).

Tetapi bila nanti, NOBEL PERDAMAIAN itu sudah diterima secara langsung oleh Obama maka muara dari semua misi dan kebijakan yang diambil atau dijalankannya harus senada dan selaras dengan keberadaannya sebagai tokoh peraih NOBEL PERDAMAIAN DUNIA.

Tak perlu lagi dipersoalkan, apakah terlalu cepat atau belum saatnya Obama menerima NOBEL PERDAMAIAN itu.

Kemenangan itu bukan cuma kemenangan Obama.

Bukan juga sekedar kemenangan rakyat Amerika.

Tetapi ini adalah kemenangan bagi siapa saja yang concern terhadap nilai-nilaian PERDAMAIAN DUNIA itu sendiri dan berharap banyak dari diri Obama untuk menjabarkannya secara nyata.

Dan dunia sungguh menantikan upaya nyata Obama untuk menciptakan PERDAMAIAN DUNIA itu dalam konteks yang kekinian. Tak cuma sekedar jargon-jargon.

Atau fantasi belaka.

(MS)

Saturday, November 21, 2009

Panglima TNI : TNI Siap Bekerjasama, Siapapun Pemimpinnya

http://www.indonesiaontime.com/images/stories/news/pol_pemerintahan/panglima_tni080717.jpg

WAWANCARA EKSKLUSIF

PHOTOSTREAM : Indonesian Elite Forces, We Love You Full Soldier !

Jakarta 23/10/2009 (KATAKAMI) Walaupun dalam masalah keamanan, POLRI yang berada di garis terdepan dalam memelihara dan menjaga KAMTIBMAS, tetapi peran Tentara Nasional Indonesia (TNI) tidak bisa diabaikan begitu saja. Termasuk dalam menangani masalah terorisme dan separatisme di sejumlah daerah.

Pemimpin Redaksi KATAKAMI Mega Simarmata mendapatkan kehormatan untuk melakukan WAWANCARA EKSKLUSIF dengan Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso di ruang kerja beliau di salah satu markas TNI yang ada di Jalan Medan Merdeka Barat pada Selasa (22/10/2009) petang. Berikut ini hasil WAWANCARA EKSKLUSIF kami dengan Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso :

http://www.antarafoto.com/dom/prevw/grab.php?id=1213877899

KATAKAMI (K) : Pertama soal Papua. Pak Panglima, kalau kita cermati situasi di PAPUA .. eskalasi gangguan keamanan disana mendadak sangat agresif peningkatannya selama 10 bulan dalam tahun 2009 ini. Sebelumnya tidak pernah dilakukan secara terus menerus non stop dalam kurun waktu yang tidak berjeda seperti ini. Dari pengamatan atau laporan-laporan intelijen TNI, ada apa sebenarnya di Papua ?

Jenderal Djoko Santoso (JS) : Memang ada penembakan-penembakan. Saat ini TNI terus membantu Polisi di Satgas Amuke. Memang gangguan keamanan itu harus direspon untuk melakukan tindakan yang lebih pro aktif. Gabungan antara TNI dan POLRI.

(K) : Oke kita bahas soal senjata yang digunakan kelompok separatis di PAPUA. Darimana mereka bisa mendapatkan senjata api, apakah ada oknum yang memasok secara khusus ? Tidak mungkin dong, mereka bisa dengan mudah mendapatkan senjata-senjata yang memudahkan mereka melakukan perlawanan dan serangan-serangan yang sangat brutal.

(JS) Memang masalah senjata yang ada di tangan Gerombolan Pengacau Keamanan (GPK) itu memang ada senjata TNI yang dirampas oleh mereka. Jadi bila mereka menyerang pos-pos keamanan TNI dan Polri disana, mereka ambil senjatanya. Sampai sejauh ini, pasokan senjata mereka dengan cara demikian.

(K) : Sebagai Panglima TNI, apa yang Bapak perintahkan kepada bawahan di Papua dalam menyikapi gangguan keamanan yang eskalasinya sangat tinggi sepanjang tahun 2009 ini. Bolak-balik, Freeport yang jadi sasaran. Ini tidak pernah terjadi yaitu ada gangguan keamanan yang tidak ada jedanya. Menurut pengamatan TNI, ada apa ini semua Pak ?

(JS) TNI memang membantu POLRI didalam satgas Amuke. Dan ini dibawah kendali Kepolisian, terus dilakukan patroli-patroli di sekitar jalan Mil 50 itu.

http://www.presidenri.go.id/imageD.php/2694.jpg

(K) Pak Panglima, kita bergeser ke masalah terorisme. Seingat kami, Desember 2008 digelar Latihan Gabungan Anti Teror TNI – Polri. Tetapi Juli 2007 terjadi peledakan bom Marriot 2. Pertanyaannya sekarang adalah untuk apa Latihan Anti Teror itu dilakukan TNI dan POLRI, sementara pada prakteknya di lapangan terkesan TNI dan POLRI tetap tidak bisa berkoordinasi menangani terorisme ?

(JS) Kalau latihan anti teror itu sendiri ya memang dilakukan untuk melatih kesiap-siagaan.

(K) Lho, yang kami tanyakan Pak, latihan gabungan itu sudah diadakan Desember 2008. Tetapi 7 bulan kemudian, terjadi peledakan bom di Jakarta pula. Apakah latihan itu hanya sekedar basa-basi saja ? Dimana koordinasi antara TNI dan Polri ?

(JS) Pada prakteknya di lapangan, TNI sudah melakukan koordinasi dalam berbagai operasi dengan melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan bidang masingf-masing. Misalnya tukar-menukar informasi intelijen, pengamanan Presiden – Wakil Presiden dan VVIP. TNI dan Polri saling membantu. TNI berada dalam ring-ring yang harus diamankan.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzY0UAa_zCoOgjzmR2ww6AVKGIndGhBlKOyiR_PntvHmdwyoigepdYvJyMkvf0MyEZEWfG3btuf9y2PNI7DgkZjvuYl5vVHS7W89e0R0G2W_0y7yX0MW4gxlDNLEUGor4ktlT64kLVYY_A/s400/61351_pasukan_gabungan_anti_teror_polri_dan_tni.jpg

(K) Kita bicara soal terorisme. Ini akan menggelikan sebenarnya. Di satu sisi, pemerintah membanggakan sudah berhasil menangani terorisme. Di sisi lain, terorisme itu jugalah yang terkesan dimunculkan ke tengah masyarakat secara mendadak disaat semua situasinya sudah kondusif. Apa yang bisa dikatakan oleh TNI mengenai terorisme ini ?

(JS) Terorisme itu sampai sekarang masih ada. Itu sebabnya pola penanganan terorisme itu harus lebih diintensifkan. Pendeteksian, pencegahan, penindakan dan rehabilitasi pelaku teroris yang sudah selesai menjalani masa hukumannya. Harus dilakukan pembinaan.

(K) Pak Panglima, sekarang dalam Kabinet baru ada Menteri Pertahanan yang baru yaitu Pak Purnomo Yusgiantoro. Bagaimana pendapat TNI terhadap figur Menteri Pertahanan yang baru ?

(JS) Kami Tentara Nasional Indonesia ini, siapapun pemimpinnya … kami akan bekerja dengan sepenuh hati. Kami akan mendukung sepenuhnya, loyal dan bekerjasama dengan baik.

(K) Bagaimana kesan selama Menteri Pertahanan dijabat oleh Prof Juwono Sudarsono ?

(JS) Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono sangat memahami masalah TNI. Beliau mampu mengelola hubungan TNI dan Dephan, memperjuangkan kepentingan TNI, mampu mengarahkan TNI pada langkah-langkah pelaksanaan program, seperti itu.

http://www.antarafoto.com/dom/prevw/grab.php?id=1244456238

(K) Dalam era kepemimpinan Prof Juwono Sudarsono, dilakukan normalisasi kebijakan Amerika seputar embargo senjata terhadap TNI. Sejak normalisasi itu dilakukan, bagaimana perkembangan atau kelanjutannya sampai dengan saat ini Pak ? Apakah janji Amerika untuk menormalisasi masalah embargo senjata itu, sudah dipenuhi oleh mereka ?

(JS) : Tidak ada kesulitan. Kalau kita mau membeli senjata, diperbolehkan.

(K) Khusus dengan Amerika, kerjasama apa yang saat ini sedang terus dijalin dengan TNI ?

(JS) : Kita bekerjasama di bidang pendidikan, latihan, beberapa peralatan militer juga dibeli dari Amerika. Tidak ada masalah samasekali.

(K) Pertanyaan terakhir, apa harapan dari TNI sendiri kepada masyarakat Indonesia ?

(JS) : Situasi di Indonesia sudah relatif kondusif. Mari kita jaga bersama-sama agar tetap stabil. Sehingga memungkinkan dan mendorong terjadinya pembangunan yang lebih baik agar muaranya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

(K) Terimakasih Pak Panglima.

The Rising Star Itu Bernama Jusuf Manggabarani & Pantas Jadi Kapolri

Jusuf Manggabarani

JAKARTA (DOKUMENTASI KATAKAMI bulan Desember 2008) Ada seseorang yang menarik untuk dicermati dan diperhatikan di dalam struktur kepemimpinan POLRI dibawah kepemimpinan KAPOLRI Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri. Seseorang yang dinilai “bersih” dan sangat berintegritas tinggi.

“The Rising Star” adalah sebutan yang rasanya cocok sekali untuk Perwira Tinggi Angkatan 1975 ini. Siapakah dia ? Dia adalah Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Komjen. Polisi Jusuf Manggabarani.

Bagi yang mengenal Perwira Tinggi yang satu ini, rata-rata akan berpendapat sama yaitu wajah Jusuf Mangga nyaris “tidak ada ekspresi”.

Sehingga, sangat tidak jelas apakah ia sedang marah atau berkelakar. Sebab, wajahnya akan tetap dingin. Suaranya juga khas, nyaring dengan intonasi yang sangat “Makassar”.

http://www.dxcc.com/graphics/rising1.gif

Nyaris tidak ada wartawan yang bisa “berakrab ria” dengan Jusuf Mangga. Walau demikian, sebenarnya Jusuf Mangga terbuka pada wartawan lyang biasa meliput di Lingkungan Mabes Polri. Pada sebuah kesempatan, seorang wartawati dari sebuah Radio Berita terkemuka ini melihat sosok Jusuf Mangga sedang melintas, ia langsung berlari mendekati Irwasum yang pernah menjadi Kepala Divisi Propam Polri.

Reporter Radio tersebut “mencolek” pelan punggung Jusuf Mangga.

Spontan Jusuf Mangga berhenti berjalan dan bebalik badan. Ia menatap tajam pada sang wartawati dengan wajahnya yang “tak ada ekspresi”.

“Ada apa kau ?” tanya Jusuf Mangga.

“Anu pak, mau tanya … ” jawab si wartawati gelagapan.

“Apa yang mau kau tanya ?” tanya Jusuf Mangga.

” Aduh … maaf Pak, saya jadi lupa !” jawab si wartawati lugu.

Beberapa orang wartawan lainnya yang juga ada didekat wartawati tadi langsung tertawa terbahak-bahak.

“Grogi dia Pak, gara-gara lihat muka Bapak” celetuk wartawan lain.

Jusuf Mangga jadi ikut tertawa dan tidak lama kemudian pergi meninggalkan kerumunan wartawan.

http://i108.piczo.com/view/1/9/6/a/d/z/w/1/k/w/w/p/img/t238471586_36490_7.gifhttp://i108.piczo.com/view/1/9/6/a/d/z/w/1/k/w/w/p/img/t238471586_36490_7.gifhttp://i108.piczo.com/view/1/9/6/a/d/z/w/1/k/w/w/p/img/t238471586_36490_7.gif

Ketika Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri membuka Latihan Gabungan Anti Teror TNI – Polri beberapa waktu lalu di Lapangan Bhayangkari Jalan Trunojoyo Jakarta Selatan, KATAKAMI.COM menyapa Irwasum Jusuf Mangga yang terlihat berjalan sendirian.

“Selamat siang Pak Jusuf Mangga, saya Mega Simarmata dari Situs Berita KATAKAMI.COM. Saya mau berkenalan Pak. Walaupun sebenarnya saya agak “ngeri” lihat wajah Bapak,” kata KATAKAMI.COM seraya menyampaikan guyonan untuk mencairkan suasana.

“Ah, kenapa ngeri, tak kenal maka tak sayang, begitu kata orang,” jawab Jusuf Mangga sambil menjabat tangan KATAKAMI.COM.

Komjen Jusuf Manggabarani

Komjen Jusuf Mangga, sejak hampir 3 pekan ini memimpin Tim Pemeriksaan untuk kasus rekayasa Berita Acara Pemeriksaan (BAP) bandar narkoba Liem Piek Kiong alias Monas (yang ditangkap November 2007 di Apartemen Taman Anggrek dengan barang bukti 1 juta Pil Ekstasi). Kasus ini kembali menggemparkan !

Bagaimana tidak gempar semuanya, setelah terbongkar dan ketahuan bahwa ternyata si bandar narkoba MONAS, hanya dijadikan SAKSI dalam kasus Taman Anggrek.

Terakhir, Majelis Hakim sudah menjatuhkan vonis MATI kepada 3 orang terdakwa dalam kasus ini (salah seorang diantaranya adalah isteri dari bandar narkoba MONAS, yaitu Cece yang saat ini masih ditahan di Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur).

Bandar narkoba MONAS, dalam BAP bisa-bisanya justru dibuat terpisah kasusnya yaitu kasus kepemilikan 1 gram Sabu dengan vonis HANYA 1 tahun penjara saja pada bulan Juni 2008.

Padahal saat penangkapan, MONAS ada di lokasi dan barang bukti sebanyak 1 juta Pil Ekstasi itu disinyalir adalah “dagangannya” bandar narkoba MONAS. Apalagi beredar kabar kuat di tengah masyarakat bahwa bandar narkoba MONAS ini memang memiliki beking “sangat kuat, licin dan licik” yaitu oknum Perwira Tinggi Polri.

Setelah terungkap dugaan rekayasa BAP yang sangat memalukan ini, KAPOLRI Jenderal BHD memerintahkan Irwasum Jusuf Mangga untuk melakukan pemeriksaan secara intensif.

Jusuf Mangga memang dikenal sangat sulit memberikan bocoran terkait hasil sementara pemeriksaan itu.

Termasuk ketika ada kabar yang beredar bahwa sudah ada 60 orang Polisi yang diperiksa terkait kasus ini, baik Polisi di Direktorat Polda Metro Jaya atau di Direktorat Narkoba Bareskrim Mabes Polri.

“Pak, itu kabarnya sudah ada 60 orang yang diperiksa ?” tanya seorang wartawan kepada Jusuf Mangga dalam sebuah kesempatan.

“Ah, tenang saja kau, jangan tanya-tanya. Semua sedang berjalan pemeriksaan,” jawab Jusuf Mangga dengan ekspresi wajah yang tetap “datar-datar saja”.

Turun tangannya Jusuf Mangga memeriksa kasus ini, kabarnya membuat “panas dingin” sejumlah Polisi. Bisa jadi, bukan karena polisi ini terlibat tetapi “rekam jejak” Jusuf Mangga yang memang dikenal sangat bersih, lurus dan disiplin, membuat banyak polisi salah tingkah jika berhadapan dengan Jusuf Mangga.

Selama ini, ada suara-suara miring yang menyebutkan bahwa Jusuf Mangga adalah orangnya Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Selain karena sama-sama memiliki nama depan Jusuf, keduanya juga sama-sama berasal dari Makassar. Ada juga yang menyebutkan bahwa Jusuf Mangga adalah orangnya Mantan Kapolri Sutanto.

Suara-suara seperti tadi sangat tidak beralasan dan jelas tidak benar !

Jusuf Mangga, bukan orangnya siapa-siapa.

Ia loyal kepada bangsa dan negara. Bukan kepada orang perorang. Ia hanya tahu satu hal bahwa sebagai seorang Polisi, maka ia harus bertugas sebaik-baiknya dengan seluruh totalitas dan pengabdian terbaik kepada bangsa dan negaranya.

Tentu saja, Jusuf Kalla harus menghubungi Jusuf Mangga, yaitu saat memanasnya situasi di Poso beberapa tahun silam.

Pada saat itu, sumber KATAKAMI.COM di Lingkungan Istana Wapres menceritakan bahwa memang harus Jusuf Mangga yang dihubungi karena Perwira Tinggi ini yang disegani dan diterima oleh pihak-pihak yang bertikai di Poso.

Tanpa sepengetahuan siapapun, kabarnya Jusuf Mangga yang ditugaskan merapat ke Poso untuk berdialog dan merangkul Pihak-Pihak yang bertikai. Terbukti bahwa penugasan terhadap Jusuf Mangga itu berhasil sebab kehadirannya di terima oleh Tokoh-Tokoh disana.

Dan kalau mau jujur, yang dikabarkan dekat dengan Wapres Jusuf Kalla sebenarnya bukan Jusuf Manggabarani tetapi Wakapolri Komjen. Makbul Padmanegara.

Jusuf Mangga, juga bukan orangnya Sutanto !

http://redaksikatakami.files.wordpress.com/2009/03/1-kapolri-irwasum.jpg

Terbukti lewat sebuah rapat Wanjak untuk menentukan posisi-posisi strategis yang akan mendapatkan promosi atau mutasi, kabarnya Jusuf Mangga berani dan memang bisa menyampaikan beberapa masukan yang objektif terhadap figur yang kabarnya “dititipkan” oleh Sutanto. Artinya, Jusuf Mangga adalah pribadi yang tahu menempatkan diri.

Sebagai bawahan, siapapun atasannya, maka ia wajib menghormati dan tunduk kepada sang atasan.

Dan itulah yang dilakukan oleh Jusuf Mangga !

Dibalik wajahnya yang memang dikenal “tidak berekspresi” karena sangat dingin dan datar-datar saja dalam semua situasi, Jusuf Mangga adalah figur Polisi yang sangat cakap, kredibel, jujur, tegas, keras, profesional dan total bekerja sebagai abdi negara yang penuh dedikasi.

Lewat sebuah kesempatan yaitu saat Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri dan jajaran jajarannya dengan Komisi III DPR-RI, Ketua Komisi III Trimedya Panjaitan sempat menyampaikan komentar yang mengundang “senyuman” di wajah Jusuf Mangga yang duduk di deretan kursi terdepan bersama para Pejabat Teras Mabes Polri.

“Saya berbahagia sekali hari ini, selain karena seluruh Kapolda hadir dalam Rapat Dengar Pendapat kali ini. Saya lihat ada Pak Irwasum ini tersenyum. Wah, senang rasanya kalau bisa melihat Pak Irwasum tersenyum. Biasanya sulit melihat senyuman Pak Irwasum,” kata Trimedya Panjaitan.

Semua yang hadir dalam ruangan itu, termasuk Kapolri BHD dan Irwasum Jusuf Mangga serta semua wartawan yang juga hadir meliput RDP itu, ikut tertawa mendengarkan komentar Ketua Komisi III ini.

Jusuf Mangga, sosok yang pantas dipercaya dan diberi kepercayaan yang jauh lebih tinggi.

Ada suara-suara yang mengatakan bahwa setelah Presiden SBY sukses melakukan regenerasi kepemimpinan Polri dengan mengganti Kapolri dari Sutanto kepada Bambang Hendarso Danuri, kini regenerasi selanjutnya juga diharapkan dapat dilakukan pada lapisan kedua di Mabes Polri.

Jusuf Mangga, dinilai cakap dan memang pantas untuk menjadi Tri Brata-2 atau Wakapolri, untuk menggantikan Komjen. Makbul Padmanegara (Angkatan 1974).

Disandingkannya, BHD dari Angkatan 1974 dan Jusuf Mangga dari Angkatan 1975 dalam memimpin POLRI, diharapkan mampu untuk membawa Polri ke arah yang jauh lebih baik, profesional dan lebih berprestasi.

Dan diharapkan, hendaknya jangan ada lagi yang mengatakan bahwa Jusuf Mangga adalah orangnya si A, si B atau si C.

Menilai seseorang tidak bisa dari permukaan kulit saja.

Semua harus didalami dengan sebaik-baiknya. Sebab dalam rekam jejak pengabdiannya sebagai seorang Polisi, Jusuf Mangga sudah terbukti hanya loyal kepada satu saja yaitu mengabdi dengan penuh totalitas dan loyalitas kepada bangsa, negara dan rakyat Indonesia.

Jusuf Manggabarani, “The Rising Star” yang sulit dicari pada era kekinian.

Era dimana, Indonesia memerlukan figur yang cakap, bersih, lurus, tegas, keras, profesional dan memiliki integritas tinggi dalam mengabdikan dirinya. Dan sosok Jusuf Mangga, adalah sosok yang memenuhi kriteria itu.

Indonesia tak perlu memaksa Jusuf Mangga untuk tersenyum tanpa henti agar wajahnya tak lagi disebut “tanpa ekspresi”.

Yang dibutuhkan oleh Indonesia adalah kinerja dari sang Irwasum ini agar terus dipertahankan dan bahkan ditingkatkan, sehingga kepemimpinan POLRI dibawah kendali Kapolri Jenderal BHD memang dapat menjadi POLRI yang humanis tetapi penuh ketegasan.

(MS)

Alamak Jatuh Cinta Ala 2 Pejabat Pada Perempuan Yang Sama

http://www.webweaver.nu/clipart/img/holidays/valentines/kiss.gifhttp://www.webweaver.nu/clipart/img/holidays/valentines/kiss.gifhttp://www.webweaver.nu/clipart/img/holidays/valentines/kiss.gif

Jakarta (DOKUMENTASI KATAKAMI FEBRUARI 2009) Hari Kasih Sayang atau yang biasa disebut Valentines Day sudah lewat. Tapi kami ingin menceritakan sebuah true story tentang pernak pernik dari “perasaan sayang”. Pernahkah anda merasakan, bagaimana rasanya bila jatuh cinta seperti yang dikisahkan dalam lagu JATUH CINTA karya Titiek Puspa ? Apalagi misalnya, jatuh cinta pada orang yang sebenarnya sudah sangat lama anda kenal.

Yang tadinya cuma berteman biasa, tetapi akhirnya ada benih cinta tumbuh di sebentuk hati. Kami teringat terhadap seorang sahabat perempuan yang berstatus “jomblo”. Entah mengapa, tiba-tiba ia mengakui sendiri bahwa ia jatuh cinta kepada seorang Pejabat. Demi kebaikan bersama, tidak akan kami muat nama dan identitasnya disini. Baik sahabat kami itu ataupun Pejabat yang ditaksirnya.

Hebatnya lagi, ia tak pernah bertepuk sebelah tangan. Kepada siapa saja ia merasa jatuh cinta dan secara agresif mendekati, maka akan jatuhlah ke dalam “kerling mata” sang perempuan.

Selama beberapa bulan, kami menjadi saksi hidup yang melihat dan mendengar sendiri seorang Pejabat saling merayu dan menunjukkan ketertarikan yang “dalam” satu dengan yang lainnya.

Untuk menghubungi sang perempuan, biasanya yang disuruh adalah ajudan tetapi menggunakan hp pribadi yang dipegang langsung oleh PIMPINAN di sebuah kantor.

Yang patut dikasihani adalah pejabat yang kacang lupa kulit … maksud kami, lupa diri ini sempat tak mampu mengendalikan dirinya didepan umum. Bayangkan, pernah di suatu hari libur nasional, pejabat ini datang ke kantornya hanya karena mengetahui si perempuan tersebut sedang berkunjung ke kantor sang pejabat untuk sebuah urusan pribadi.

Waduh. Waduh.

Pernah juga, sampai berlaku seperti anak muda yang mabuk kepayang karena secara mendadak memerintahkan diadakan acara malam tahun baru yang dilengkapi dengan live band pada pergantian malam tahun baru 2008 / 2009 yang lalu.

Sore harinya, sang perempuan ditelepon dan diberitahu agar datang karena sudah disiapkan acara pergantian tahun. Dan, sang Arjuna kabarnya – seperti yang dijanjikan saat menelepon Yuri – memenuhi janjinya untuk menyumbangkan suara emas dengan menyanyi di panggung.

Kasihan, sebab perilakunya sudah seperti orang yang lupa diri karena tentu bawahan-bawahan akan mencium keanehan dari sikap sang pimpinan.

Lama-kelamaan perasaan suka sama suka tadi, menjadi lebih dalam sekali. Barangsekali, sedalam sumur tua yang sudah kering airnya !

“Gue kangen sama si AA … lagi ingat gue gak ya ?” begitu kata si perempuan kepada kami hampir setiap malam.

Atau jika baru bertemu maka komentarnya lain lagi, “Aduh tadi si AA ganteng banget. Gue panggil AA aja kali ya, nanti kalau gue panggil Abah kayak cucunya, ntar dia marah lagi. Dikira gue ngeledek kalau dia sudah ketuaan,” kata si perempuan.

Ya memang, si Pejabat tadi memiliki 2 orang cucu perempuan.

Lama-kelamaan, si pejabat ini masih punya malu rupanya. Untuk menyembunyikan indikasi kedekatannya yang sangat berlebihan dengan seorang sahabat tadi, maka diakali agar si perempuan bisa bertamu ke kediaman dinas dan yang menemani adalah … kami !

Berbeda jauh sikapnya. Semua sudah distel agar terkesan formil. Yang biasanya cium pipi kiri kanan begitu bertemu di ruang kerja (di kantor), bila pertemuan dibuat “formal” di kediamanan dinas, maka ritual cium pipi ditiadakan.

“Kasus Bank CENTURY cukup menarik juga untuk dicermati ya. Nanti tolong diperhatikan Mbak,” kata si Pejabat kepada KATAKAMI.COM.

Dan ketika pulang, Pejabat tadi memberikan suvenir.

Di perjalanan kami bisikkan kepada perempuan yang sedang kasmaran dengan pejabat tadi, “Wah, suvenir yang dikasih kok ada cap BANK CENTURY yang katanya bermasalah tadi ya. Katanya bermasalah, kok bisa-bisanya dapat “setoran begini ?” pancing KATAKAMI kepada sahabat kami tadi.

Yang ingin kami sampaikan disini adalah hendaklah setiap pejabat itu menjaga tindakan dan perilakunya di muka umum dan dihadapan seluruh bawahan.

Betapa memalukannya, jika ada pejabat yang tidak mampu mengendalikan diri dan perasaan yang salah salah alias salah arah.

Orang lain, kalau misalnya jatuh cinta saat jadi tokoh publik (publik figure) maka akan menjaga sikap agar tidak mencoreng nama baik, harkat dan martabat dirinya, keluarga dan instansi yang dipimpin.

Kami teringat lagu yang pernah dinyanyikan Titiek Puspa yang berjudul, “Jatuh Cinta”. Seperti ini jugalah yang terjadi pada sahabat kami tadi dan pejabat yang kasmaran berat tadi.

http://www.gotomycodes.com/userpics/myspacegraphics/Love-Animated/Animated-Love-You-So-Much.gif

Jatuh cinta berjuta rasanya
Biar siang biar malam terbayang wajahnya

Jatuh cinta berjuta indahnya
Biar hitam biar putih manislah nampaknya

Dia jauh aku cemas tapi hati rindu
Dia dekat aku senang tapi salah tingkah

Dia aktif aku pura-pura jual mahal
Dia diam aku cari perhatian oh repotnya

Jatuh cinta berjuta indahnya
Dipandang dibelai amboi rasanya

Jatuh cinta berjuta nikmatnya
Menangis tertawa karena jatuh cinta
Oh asyiknya

CowKissingAir.gif Animated Kissing Cow image by GottaLaff

Lalu sekarang, kami teringat pada penggalan kisah lain yang terjadi.

Ternyata, sahabat kami itu sudah lebih dulu “dekat dan akrab” dengan seorang pejabat lain yang patut dapat diduga dendam pada pejabat yang kasmaran pada sahabat kami ini.

Sehingga, ada indikasi bahwa perempuan ini sengaja diumpan untuk bisa memiliki kedekatan dengan pejabat tadi.

Luar biasa.

Sebuah TRUE STORY yang sangat mencengangkan dan mengejutkan. Ternyata ada kisah seperti ini didalam kehidupan. Dua lelaki jatuh cinta pada perempuan yang sama, dimana keduanya sama-sama jatuh cinta kepada “WANITA IDAMAN LAIN” alias WIL.

Kalau yang satu cuma berani sembunyi-sembunyi dan kabarnya sengaja pergi janjian dengan perempuan ini untuk pergi ke salah satu provinsi di Pulau Kalimantan.

Pura-puranya ada urusan yang sama-sama akan dikerjakan disana. Tetapi, sstttt, kamar di hotel bisa dibuat bersebelahan. Kami mengetahui ini dari cerita dan pengakuan dari mulut si perempuan sendiri.

“Pas gue baru masuk, sudah ada si Bapak. Dia sudah mau main sosor ke bibir gue aja. Gue bilang, Bapak keluar ah … !” kata si perempuan saat menceritakan kepada KATAKAMI.COM.

Waduh Waduh. Tidak ada kata-kata lain yang bisa kami ucapkan, selain … waduh waduh.

No comment deh ah !

Hanya ada satu nasehat sederhana, jangan karena nila setitik, maka akan rusak susu sebelanga.

Belakangan, tampaknya kedua oknum Pejabat ini mulai “agak” sadar bahwa kasmaran ala cinta segitiga ini ternyata memang sangat memalukan.

Herannya, baru belakangan keduanya menyadari bahwa perilaku kasmaran yang dipertontonkan kepada publik ini sangat tidak tepat.

Lho, kami jadi teringat pada sebuah pepatah lama, “Jangan karena kita yang tidak bisa menari maka lantai yang dibilang miring,”.

Waduh. Waduh !

Kalau anda semua penasaran, siapa gerangan mereka. Ups, kami tidak akan memberitahu. Tapi tampaknya, kedua pejabat ini suka berkantor di kawasan yang dekat dengan Pusat Perbelanjaan.

Yang satu di dekat Mal Kalibata berinisial W. Dan yang satu, didekat Mal Pasaraya Blok M berinisial BH@.

Rasanya cukup demikian saja kata kunci dari kami. Sebab, ini sekedar memberi nasehat agar dalam menjalankan tugas dan amanah dari negara agar dilaksanakan secara baik, bertanggung-jawab dan konsekuen.

Dan kadangkala, inilah salah satu seni dari JURNALIS INDEPENDEN sebab kami tahu, apa yang orang tidak tahu.

Dan kami siap memberitahu, apa yang orang perlu tahu.

Harusnya, pejabat-pejabat yang patut dapat diduga SANGAT KOTOR & RUSAK moralnya seperti ini, tak pantas untuk diberi kepercayaan menjabat di posisi yang penting. Apalagi, kalau patut dapat diduga menyeret INSTITUSI yang dipimpinnya untuk menjadi TIDAK NETRAL hanya karena takut dicopot sebab berkuasa itu enak sekali.

Oh ya, kami perlu menjelaskan juga bahwa KATAKAMI tidak mengada-ada sebab kami adalah saksi hidup. Suvenir yang diberikan oknum pejabat ini kepada wartawati tadi adalah uang tunai senilai Rp. 40 juta.

Padahal, wartawati ini bekerja di sebuah media cetak yang melarang keras para wartawannya menerima uang sepeserpun juga dari NARASUMBER.

(MS)