
Tamparan Keras Dari AMNESTY INTERNASIONAL Bagi POLRI
Patut Dapat Diduga Polri Dusta, Kematian Noordin PALSU
Jakarta 26/10/2009 (KATAKAMI) Untuk membuktikan bahwa Wakil Presiden Boediono bukan sekedar ban serep, bolehlah pembuktian yang dipamerkan kepada publik saat di hari libur yaitu hari Minggu (25/10/2009) kemarin Sang Wakil Bukan Sekedar Ban Serep memimpin rapat kabinet terbatas (Ratas, red) di Istana Wapres.
Boediono yang selama ini memang berlatar-belakang “sekedar” ekonomi semata, diwajibkan membahas juga masalah Politik, Hukum & Keamanan (Polhukkam) saat memimpin Ratas. Salah satu poin yang menarik untuk disimak adalah seberapa seriuskah SBY – Boediono menangani dan memberantas narkoba serta TERORISME dalam program 100 hari pertama ?


POLRI Kehilangan Muka, Bukan Noordin M. Top Yang Mati Pada Melodrama Teroris Temanggung
Agak lucu sebenarnya kalau SBY – Boediono sesumbar akan menangani dan memberantas narkoba misalnya – dalam 100 hari pertama kabinet SBY yang masa jabatannya seakan beranak cucu hingga 5 tahun ke depan –.
Fakta mengatakan bahwa POLRI – apalagi Badan Narkotika Nasional atau BNN – tak pernah serius menangani masalah narkoba. Dalam istilah yang lebih keren, ada baiknya dipinjam kata OMDO alias OMONG DOANG untuk masalah penanganan narkoba misalnya.

Hendarman Beraninya Sama Sheila Marcia, Tangkap Bandar Narkoba Monas & Periksa GORIES MERE
Sepanjang Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri masih menjabat sebagai orang nomor satu di POLRI maka penanganan narkoba akan tetap OMDO alias OMONG DOANG !
Herannya, Jenderal BHD ini tidak sadar bahwa ia cuma OMDO dalam penanganan NARKOBA karena patut dapat diduga ia sengaja mempeti-eskan kasus bandar narkoba Liem Piek Kiong (Monas).
Patut dapat diduga, Jenderal BHD ikut terlibat dalam kasus Bandar Narkoba Liem Piek Kiong (Monas) yaitu terkait dalam penggunaan dan tidak adanya pertanggung-jawaban penggunaan UANG TUNAI yang menjadi alat bukti dalam kasus terpidana mati Cece – isteri bandar narkoba Liem Piek Kiong (Monas) –.
Hampir setahun lamanya, kasus rekayasa Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang patut dapat diduga sengaja untuk misi penyelamatan bandar narkoba Liem Piek Kiong (Monas) di tangani oleh Tim Irwasum, POLRI tak kunjung menangkap bandar sekaligus mafia narkoba Monas.

Ya memang, akan sangat sulit menangkat sebab patut dapat diduga BEKING yang melindungi bandar narkoba Monas adalah KOMISARIS JENDERAL GORIES MERE.
Perwira Tinggi Flores yang pernah diturunkan pangkatnya dari Brigjen menjadi KOMBES pada era Pemerintahan Megawati ini, patut dapat diduga memang sudah 3 kali berturut-turut menyelamatkan bandar bandar narkoba Monas dari jerat hukum.
Jadi bayangkanlah, betapa istimewanya seorang bandar plus mafia biadab di bidang narkoba sekelas Liem Piek Kiong (Monas) karena patut dapat diduga ia dilindungi dan terkesan sengaja diamankan oleh pejabat sekelas Kapolri dan Kalakhar BNN.

Jadi, program 100 hari SBY – Boediono di bidang penanganan narkoba, ada atau tidak ?
Masih berlakukah omongan SBY bahwa NEGARA TIDAK BOLEH KALAH melawan narkoba ?
Permisi ya Pak SBY, kalau anda konsisten terhadap motto tersebut – bahwa NEGARA TIDAK BOLEH KALAH melawan narkoba – monggo silahkan, anda pertimbangkan untuk secepatnya mencopot Kapolri BHD dan Kalakhar BNN Gories Mere agar penanganan narkoba di Indonesia berjalan sebagaimana mestinya –.
Lalu, mari kita bergeser ke bidang penanganan terorisme
Kalau disebut-sebut bahwa penanganan terorisme ini termasuk juga dalam agenda 100 hari SBY – Boediono, sama juga reaksinya yaitu monggo silahkan, SBY harus mencopot dulu Kapolri BHD, Kabareskrim Susno Duadji dan Kalakhar BNN Gories Mere karena patut dapat diduga carit-marut dan bergelimpangannya rekayasa kasus-kasus terorisme sepanjang 3 bulan terakhir ini memang perlu diminta pertanggung-jawabannya dari ketiga Perwira Tinggi POLRI tadi.
Contoh kecil saja yang bagus untuk dijadikan bahan introspeksi diri oleh duet BHD – Susno adalah KEHEBATAN mereka mengungkap kasus bom Marriot 2 yang terjadi bulan Juli 2009 lalu.
Eh, BHD dan Susno, anda masih menjabat sebagai apa pada tahun 2003 lalu ? Apa pangkat anda berdua pada tahun 2003 dulu ?

Di bulan Ramadhan tahun 2003, Tim Anti Teror POLRI masih melakukan survei ke rumah Panglima Sayap Militer Abu Dujana. Dan akhirnya, penangkapan baru bisa dilakukan terhadap Abu Dujana adalah Jun 2007 atau tepatnya 9 Juni 2007.
Apa artinya ?
Tim Anti Teror POLRI memerlukan waktu hampir 4 tahun untuk menangani dan meringkus Pimpinan Sayap Militer dari “sister company” Al Qaeda alias Al Jamaah Al Islamyah.
Militansi dari para aktivis radikal Al Jamaah Al Islamyah ini, tidak bisa dianggap enteng.
Dan yang tidak bisa dilupakan oleh semua pihak yang memonitor secara dekat penanganan terorisme ini adalah patut dapat diduga sepanjang BHD menjadi Kabareskrim, ia TIDAK PERNAH dilibatkan dalam penanganan TERORISME oleh Tim Anti Teror POLRI yang dipimpin Gories Mere.
Semua pelaporan Tim Anti Teror POLRI disampaikan secara langsung ke Kapolri Jenderal Sutanto yang menjabat selama 38 bulan sebagai Tri Brata 1.
Tidak ada campur tangan, peran, jasa atau PRESTASI dari BHD dalam penanganan terorisme.
Ingat dong semua itu, rekam jejak BHD tidak ada yang mencatat dengan tinta emas soal penanganan teororisme.
Lalu kok ujug-ujug, BHD jadi GOLDEN BOY yang cakap luar biasa secara mengagumkan soal penanganan terorisme ? Waduh, fantastis benar dalam waktu sekejap biosa mengungkap Bom Marriot 2 dan mematikan NOORDIN M. TOP !
Gile cing !
BHD, BHD, tampaknya anda pantas mendapat predikat CUM LAUDE dalam penanganan terorisme ya ?

Lalu pejabat Kabareskrim dalam struktur organisasi POLRI adalah atasan langsung yang membawahi Densus 88 Anti Teror POLRI.
Komjen Susno Duadji, lebih parah lagi !
Perwira Tinggi berbintang 3 ini, saat duduk sebagai Kabareskrim saja sudah menimbulkan guncangan karena patut dapat diduga ia BELUM PANTAS menjadi pimpinan dari Korps Reserse Polri.
Tidak ada pengalamannya samasekali sebagai RESERSE.
Ditempatkannya Susno Duadji sebagai Kabareskrim, patut dapat diduga adalah sebuah pemaksaan kehendak dari Kapolri BHD karena dalam rapat WANJAK POLRI nama Susno Duadji sempat DITOLAK MENTAH-MENTAH untuk duduk sebagai Kabareskrim.
Lalu lihatlah, apa yang dilakukannya sepanjang menjadi KABARESKRIM ?
Begitu bertugas, yang bisa ia lakukan cuma OPERASI-OPERASI PEMBERANTASAN PREMANISME – bukan TERORISME –.
Bagaimana ia mau menangani TERORISME, Susno saja tidak akrab dan nyaris tidak pernah berinteraksi dengan Tim Anti Teror POLRI sejak Densus 88 Anti Teror POLRI dibentuk tahun 2003.
Itu pertama. Lalu kedua, baru setahun menjadi Kabareskrim saja, patut dapat diduga Komjen Susno Duadji terlibat dalam kasus pencairan dana Bank Century tetapi beruntunglah dia sebab SBY terkesan takut kalau kasu Bank Century diutak-atik.

Kalau Kapolri BHD dan Komjen Susno Duadji memang cakap dan hebat dalam menangani TERORISME, yang perlu mereka lakukan pertama kali adalah mengembalikan terpidana kasus terorisme BOM BALI I yaitu Ali Imron ke dalam penjara Grobokan Bali. Bagaimana mungkin POLRI bisa konsisten dalam menegakkan hukum karena VONIS dari majelis hakim tidak dilaksanakan oleh seorang TERORIS sekelas Ali Imron ?
Sejak vonis dijatuhkan, Ali Imron tidak pernah menjalani masa hukumannya samasekali dan justru hidup mewah berkelimpahan karena patut dapat diduga mendapat biaya dari Komjen Gories Mere.

Patutkah Dapat Diduga POLRI Sembunyikan Dosa Bom GORIES MERE ?
Kalau Kapolri BHD dan Komjen Susno Duadji memang cakap dan hebat dalam menangani TERORISME, hei bung, mengapa anda berdua MEMBOCORKAN RAHASIA NEGARA dengan cara mempersilahkan secara diam-diam sebuah televisi swasta menyiarkan secara langsung melodrama TEMANGGUNG yang patut dapat diduga merupakan skenario pertama untuk mengumumkan kematian palsu Noordin M. Top.
Sayang waktu itu, melodrama ini sudah terlanjur dikritik sehingga patut dapat diduga rekayasa kematian palsu Noordin M. Top baru dilakukan pada operasi berikutnya.
Terorisme, bukan identik dengan Al Qaeda atau Al Jamaah Al Islamyah.
Yang bisa disebut sebagai bagian dari TERORISME sejati adalah jika patut dapat diduga ada pimpinan yang merekayasa kasus-kasus peledakan bom mengatanas-namakan terorisme di negaranya sendiri.
Yang bisa disebut sebagai bagian dari TERORISME sejati adalah jika patut dapat diduga ada Perwira Tinggi POLRI (berbintang 3) yang piawai dan lihai merancang peledakan bom karena selama ini bebas merdeka mengetahui semua dokumen investigasi dan menguasai barang bukti terorisme di Indonesia.

Yang bisa disebut sebagai dari dari TERORISME sejati adalah jika patut dapat diduga ada Perwira Tinggi POLRI (berbintang 3) yang memerintahkan seorang Perwira Menengah untuk membuatkan situs teroris dari wilayah Canada pada bulan Oktober 2008 – bahwa seolah-olah teroris mau membunuh SBY -.
Padahal patut dapat diduga, situs rekayasa itu adalah situs buatan Komplotan Komjen GORIES MERE.
Jadi singkat kata, apa yang mau diberantas dari bidang narkoba dan terorisme ?
Sekedar omong doang alias OMDO ?
Atau sebuah agenda kerja yang sangat serius untuk dilaksanakan sebagai pertanggung-jawaban kepada rakyat Indonesia ?
Kalau memang serius, — monggo Pak SBY, copot dulu tiga serangkai Perwira Tinggi POLRI yang patut dapat diduga BERMASALAH yaitu BHD, Susno dan Gories Mere –.
![]()
SBY ternyata kalah hebat kok dari Megawati.
Mengapa ?
Dulu, pangkat dari Komjen Gories Mere ini sebenarnya sudah pernah diturunkan dari Brigjen menjadi KOMBES dalam era Pemerintahan Megawati karena dinilai BERMASALAH.
Lah kok bisa, POLISI BERMASALAH justru naik dan merajalela dengan cara melenggang kangkung menjadi Jenderal Bintang 3. Hebat betul !
SBY juga kalah dari Megawati dalam penanganan narkoba.
Jangan coba-coba ada yang bisa bermain-main dalam hal narkoba pada era pemerintahan Megawati. Bahkan secara khusus Megawati memerintahkan kepada bawahannya semasa menjadi Presiden, jika ada permohonan GRASI dalam kasus narkoba maka harus diberi map khusus berwarna MERAH.
Sehingga, kalau ada MAP MERAH masuk ke meja presiden maka Megawati sudah langsung tahu bahwa ada permohonan grasi di bidang narkoba. Dan, Megawati pasti menolak permohonan grasi itu.
Sementara dalam masa pemerintahan SBY, lihat saja … ada bandar narkoba dan mafia kelas internasional semacam Liem Piek Kiong (Monas) patut dapat diduga bisa dibekingi secara BERJAMAAH oleh Jenderal-Jenderal POLRI — terutama oleh Kombes eh Komjen Gories Mere.
Sudahlah, jangan banyak jualan kecap kalau mau menangani masalah narkoba dan terorisme.
Lakukanlah apa yang memang harus dilakukan oleh bisa membuktikan kepada rakyat Indonesia bahwa penanganan narkoba dan terorisme itu memang betul-betul serius.
Masak, katanya mampu mengalahkan Megawati dalam Pemilu Pilpres 2009, tetapi ternyata tidak mampu mengalahkan PRESTASI & KETEGASAN Megawati dalam penanganan narkoba dan terorisme ?
Untuk apa menang Pemilu Pilpres 2009 kalau ternyata SBY kalah dalam hal ketegasan dan prestasi-prestasi kerja ?
Cape deh !
(MS)
No comments:
Post a Comment